Mas Ahmad Wahyudi (Cak Bower), siapa yang tidak kenal Warga Dupak Masigit XII pria kelahiran Kota Surabaya 24 Maret 1983 ini adalah salah satu sesepuh Karang Taruna Mahameru 15 Surabaya.
Ahmad Wahyudi atau lebih akrab di panggil Cak Bower asli Arek Dupak Masigit 12 yang sempat menjadi Pengurus Seksi Kepemudaan di periode 2014 s/d 2016 dan saat ini menjadi Sekertari RT.15 RW.02 Kel. Jepara Surabaya periode 2017 s/d 2019.Pria lulusan SMKN 2 Surabaya Lulusan Tahun 2002 pernah menjuarai lomba Lari Maraton tingkat RW.02 Kel. Jepara Surabaya pada saat memperingati HuT RI-61 tahun.
Cak Bower Menerima Piala Juara Lari Marato Di Tingkat RW.02 Kel. Jepara Surabaya |
Laga Akhir Persebaya Vs PSIS Semarang di GBT Surabaya 2018 |
Menikmati SUN Race ketika di Pulau Dewata Bali |
Aksi Cak Bower Ketika Mengecat Musholah Al-Jihad untuk menyabut bulan Ramadhan di Tahun 2015
|
Bambang Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam Wiracarita Mahabharata, karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa.
Bambang Wisanggeni dikenal sebagai:
Putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama.
Putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama.
Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa.
Bambang Wisanggeni dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa.
Dari sinilah Sosok karakter Bambang Wisanggeni inilah yang mirip dengan sikap Cak Bower yang selalu berani dan tegas dalam bersikap.
Sikap inilah yang bisa menjadi suri tauladan bagi Generasi Penerus Karang Taruna Mahameru 15.
Bambang Wisanggeni dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa.
Dari sinilah Sosok karakter Bambang Wisanggeni inilah yang mirip dengan sikap Cak Bower yang selalu berani dan tegas dalam bersikap.
Sikap inilah yang bisa menjadi suri tauladan bagi Generasi Penerus Karang Taruna Mahameru 15.
Legenda Kelahiran Bambang Wisanggeni
Kisah kelahiran Wisanggeni diawali dengan kecemburuan Dewasrani, putra Batari Durgaterhadap Arjuna yang telah menikahi Batari Dresanala.
Dewasrani merengek kepada ibunya supaya memisahkan perkawinan mereka.
Durga pun menghadap kepada suaminya, yaitu Batara Guru, raja para dewa.
Durga pun menghadap kepada suaminya, yaitu Batara Guru, raja para dewa.
Atas desakan Durga, Batara Guru pun memerintahkan agar Batara Brama menceraikan Arjuna dan Dresanala.
Keputusan ini ditentang oleh Batara Naradaselaku penasihat Batara Guru.
Ia pun mengundurkan diri dan memilih membela Arjuna.
Brama yang telah kembali ke kahyangannya segera menyuruh Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak dijadikan Batara Guru sebagai penari di kahyangan utama.
Arjuna pun menurut tanpa curiga.
Setelah Arjuna pergi, Brama pun menghajar Dresanala untuk mengeluarkan janin yang dikandungnya secara paksa.
Dresanala pun melahirkan sebelum waktunya.
Durga dan Dewasrani datang menjemputnya, sementara Brama membuang cucunya sendiri yang baru lahir itu ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa.
Narada diam-diam mengawasi semua kejadian tersebut.
Ia pun membantu bayi Dresanala tersebut keluar dari kawah.
Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda.
Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda.
Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna RACUN API.
Hal ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brama, sang dewa penguasa api.
Selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh justru menghidupkan Wisanggeni.
Atas petunjuk Narada, Wisanggeni pun membuat kekacauan di kahyangan.
Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap dan menaklukkannya, karena ia berada dalam perlindungan Sang Hyang Wenang, leluhur Batara Guru.
Batara Guru dan Batara Brama akhirnya bertobat dan mengaku salah.
Narada akhirnya bersedia kembali bertugas di kahyangan.
Wisanggeni kemudian datang ke Kerajaan Amarta meminta kepada Arjuna supaya diakui sebagai anak.
Semula Arjuna menolak karena tidak percaya begitu saja.
Terjadi perang tanding di mana Wisanggeni dapat mengalahkan Arjuna dan para Pandawalainnya.
Setelah Wisanggeni menceritakan kejadian yang sebenarnya, Arjuna pun berangkat menuju Kerajaan Tunggulmalaya, tempat tinggal Dewasrani.
Melalui pertempuran seru, ia berhasil merebut Dresanala kembali.
Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh.
Namun hatinya baik dan suka menolong.
Ia tidak tinggal di dunia bersama para Pandawa, melainkan berada di kahyangan Sanghyang Wenang, leluhur para dewa.
Dalam hal berbicara, Wisanggeni tidak pernah menggunakan basa krama (bahasa Jawa halus) kepada siapa pun, kecuali kepada Sang Hyang Wenang.
Melalui pertempuran seru, ia berhasil merebut Dresanala kembali.
Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh.
Namun hatinya baik dan suka menolong.
Ia tidak tinggal di dunia bersama para Pandawa, melainkan berada di kahyangan Sanghyang Wenang, leluhur para dewa.
Dalam hal berbicara, Wisanggeni tidak pernah menggunakan basa krama (bahasa Jawa halus) kepada siapa pun, kecuali kepada Sang Hyang Wenang.
Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatutkaca, ataupun Abimanyu.
Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja.
Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.
Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja.
Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.
Menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa.
Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.
Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.
loading...
loading...
Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa.
Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta.
Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.
Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta.
Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.
Salah tanggal lahir itu
ReplyDelete