Dolly sebagai nama sosok dan nama tempat, kiranya sudah tidak asing di telinga warga Surabaya atau warga Indonesia pada umumnya. Bermula dari Dolly inilah, Paranoise menggelar acara Sirkel Class bertajuk Potrait Dolly yang isinya mengulas sekaligus mengenang tentang Dolly.
Tak hanya itu, acara yang digelar di Visma Gallery, Jl Tegalsari Surabaya pada Sabtu (29/6/2019) malam ini, juga diisi dengan materi seni rupa dengan hasil akhir adalah para peserta menciptakan karya visual tentang Dolly dalam bentuk gambar sketsa.
Acara ini menghadirkan narasumber, yakni Eko Darmoko selaku penulis cerpen Dolly yang tersiar dalam buku kumpulan cerpen Ladang Pembanatain, Ilham Aji selaku perajin seni rupa yang menyampaikan materi ikhwal Sketch Potrait Dolly Illustration, juga ada Brian sebagai moderator.
Suasana acara Paranoise Sirkel Class Potrait Dolly di Visma Gallery Surabaya, Sabtu (29/6/2019). (Paranoise for SURYA.co.id)
Puluhan peserta yang datang ke acaranya berasal dari beragam kalangan. Ada yang memang dari kalangan pegiat seni rupa, penikmat karya sastra, pemerhati sejarah kota, komunitas musik, dll. Acara berjalan hangat penuh kekeluargaan, meskipun angin berembus lumayan kencang dan lumayan dingin di luar ruangan.
Poin utama dari acara ini adalah semacam merawat ingatan tentang Dolly, sekaligus mengenangnya, tapi bukan untuk memugar Lokalisasi Dolly. Biarlah Dolly menjadi masa lalu Kota Surabaya. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran agar bisa menjadi baik di masa sekarang dan masa depan.
kata Eko Darmoko, Sabtu (29/6/2019).
Sekadar diketahui, cerpen Dolly karya sastraciptaan Eko Darmoko menceritakan tentang detektif dadakan yang disewa peneliti asal Amerika Serikat untuk menelusuri riwayat manusia bernama Dolly.
Cerpen ini menitik-beratkan pada sosok Dollysebagai manusia yang utuh. Bukan tentang eksistensi lokalisasinya, walaupun hal itu (lokalisasi) disinggung dalam cerpen.
urai Eko Darmoko.
Sementara itu, Ilham Aji yang kondang dengan nama Hola Jambul memaparkan tentang penciptaan sketsa Dolly kepada para peserta. Seperti disinggung di atas, hasil akhir acara ini adalah peserta membuat visual tentang Dolly berdasarkan riwayat yang terdapat dalam cerpen Dolly karya Eko Darmoko.
Peserta bebas menuangkan imajinasinya tentang Dolly, entah itu sebagai sosok atau nama tempat.
Imajinasi tidak dibatasi oleh dimensi waktu.
Jadi, peserta bisa memvisualkan Dolly dalam konteks masa kini.
Misalnya, menggambarkan Dolly sebagai tempat bekas lokalisasi yang di dalamnya terdapat kedai kopi atau semacamnya, pokonya hal yang positif lainnya.
ujar Ilham Aji.
Penggagas acara, Ian Darmawan, menyebutkan bahwa dari acara ini tercipta puluhan sketsa yang dibikin para peserta tentang Dolly. Karya sketsa pun beragam jenisnya, mulai dari yang hanya menyuguhkan potret hitam putih hingga berwarna yang menyiratkan tentang imajinasi masing-masing perupa.
Karya-karya sketsa ini nanti akan disusun rapi dalam sebuah katalog sebagai bahan dokumentasi tentang eksistensi Dolly hasil imajinasi para peserta.
tandas Ian yang juga dikenal sebagai pemerhati musik indie di Surabaya ini.
Sekadar diketahui, Sirkel Class “Potrait Dolly” yang digelar Paranoise ini merupakan acara kedua. Sebelumnya, Paranoise sudah menggelar acara serupa yang bertajuk Drawing and Discussion (Mix Media), beberapa waktu yang lalu.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Kami harapkan artikel yang ada dapat bermanfaat bagi pembaca setia kami. Kami Harapkan saran dan kritik yang membangun atas artikel maupun blog kami. Dan jangan lupa berlangganan artikel kami. Terima Kasih
Ttd.
Admin Blog Kartar Mahameru RT.15 RW.02 Kel. Jepara Surabaya